Pemerintah tengah mematangkan rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya di Karawang, Jawa Barat sebagai kandidat utama pengganti Tanjung Priok.
Potensi lokasi tersebut dalam rencana pembangunan pelabuhan baru diketahui menyusul rampungnya hasil kajian Japan International Cooperation Agency (JICA).
Pelabuhan Cilamaya yang awalnya disiapkan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II sebagai pelabuhan pengganti Tanjung Priok tersebut dipilih karena lokasinya strategis dan terletak dekat dengan sentra-sentra produksi.
Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengatakan Cilamaya, Karawang menjadi kandidat utama dari sejumlah lokasi yang sudah dilakukan kajian oleh JICA dalam beberapa bulan terakhir.
Dia menjelaskan banyak alasan yang menyebabkan pemerintah menempatkan Cilamaya sebagai kandidat utama, salah satunya karena letaknya yang strategis dan dekat dengan sentra-sentra industri tersebut.
Namun, katanya, pihaknya masih akan melakukan kajian mendalam sebelum memutuskan pembangunan pelabuhan baru itu akan dilakukan di Cilamaya. "Nanti dilakukan kajian lebih mendalam," tegasnya.
Bambang menegaskan pelabuhan baru tersebut bukan untuk menggantikan Tanjung Priok seperti yang pernah disampaikan oleh PT Pelindo II. "Meskipun ada pelabuhan baru di Cilamaya, Tanjung Priok tetap dioperasikan," ujarnya.
Japan International Cooperation Agency (JICA) melakukan kajian guna menetapkan lokasi pembangunan pelabuhan baru yang dirancang untuk menggantikan Tanjung Priok dalam S tahun ke depan.
Lima lokasi
Direktur Kepelabuhanan dan Pengerukan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Suwandi Saputro mengatakan kelima lokasi tersebut adalah Cilamaya [Karawang), Bekasi, Marunda, Ancol Timur, dan Tangerang.
Dia menjelaskan kelima lokasi yang di-studi tersebut merupakan usulan sejumlah pemerintah daerah dan perusahaan swasta dengan mengacu pada potensi angkutan barang ekspor dan impor.
Sebelumnya PT Pelindo II menyatakan segera membangun megaproyek pelabuhan pengumpul (hub port) baru di Karawang, Jawa Barat, berkapasitas 10 juta TEUs kontainer per tahun sebagai pengganti Pelabuhan Tanjung Priok dalam 5 tahun mendatang.
Pada tahap awal, perseroan BUMN itu menyiapkan dana sebesar Rp6 triliun guna membangun sampai mengoperasikan pelabuhan tersebut, yang dijadwalkan terlaksana secara bertahap 5-10 tahun mendatang.
Dirut PT Pelindo II Richard J. Lino mengatakan rencana itu secara otomatis membatalkan pengembangan Pelabuhan Bojonegara, Kabupaten Serang, Banten, yang semula diproyeksikan sebagai pelabuhan kontainer pengganti Tanjung Priok.
Menurut Lino, pemilihan pelabuhan baru di Karawang mengacu pada kedekatan dengan puluhan kawasan industri di Cikarang, Karawang, Purwakarta, dan Subang di provinsi Jawa Barat yang memasok barang ke Pelabuhan Tanjung Priok sekitar 70%.
Bambang menjelaskan pembangunan pelabuhan di Cilamaya, Kerawang merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam menjawab lonjakan arus barang ekspor dan impor serta ancaman kongesti.
Namun, katanya, untuk jangka pendek, ancaman kongesti di pelabuhan Tanjung Priok akan diatasi dengan menatap ulang area pelabuhan tersebut.
"Kongesti di Priok masih bisa diatasi dengan menata trafik keluar masuk peti kemas," tuturnya.
Dia menjelaskan dalam beberapa tahun ke depan pemerintah masih akan mengembangkan Pelabuhan Tanjung Priok sesuai master plan. "Kongesti masih bisa diatasi dengan menata trafik manajemen arus barang," katanya.
Trafik manajemen di Pelabuhan Tanjung Priok bisa diefisienkan dengan memindahkan kontainer kosong yang menumpuk di pelabuhan ke luar pelabuhan, mengefektifkan pelayanan pintu masuk dan memaksimalkan layanan national single window (NSW).
Menurut dia, pengembangan Tanjung Priok hingga 2020 sesuai master plan masih mampu menjawab pertumbuhan arus barang. ki/K47) (tularji@bisnis.co.id)
Posting Komentar